Makassar, CNN Indonesia —
Polisi masih melakukan penyelidikan terhadap H (43), tersangka kasus pembunuhan istrinya, J, di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 2017 lalu. H diketahui membunuh J dan menanam jasadnya di belakang rumah dengan menggunakan semen.
Kasus pembunuhan sadis ini terungkap setelah salah satu anak korban mengalami tindak kekerasan oleh H baru-baru ini. Akibat kekerasan yang diterima, sang anak melaporkan H ke pihak kepolisian.
“Korban dan pelaku memiliki dua anak perempuan. Mereka sering mengalami kekerasan oleh bapaknya, sehingga anaknya ini melapor (ke polisi) diantar oleh kakaknya,” kata Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Mokhamad Ngajib, Selasa (16/4).
Ngajib mengatakan setelah menerima laporan, polisi pun memeriksa sang anak dan mulai menyelidiki kasus ini hingga berbuntut pengakuan sang anak bahwa mendiang ibunda juga mengalami kekerasan dan akhirnya tewas pada 2017.
“Sehingga dari penganiayaan anaknya kemudian berkembang hingga diketahui bahwa ibunya tidak hilang atau pergi dengan pacar lamanya tapi terjadi kekerasan dan pembunuhan, mayatnya disimpan di belakang rumahnya,” ungkapnya.
Penyelidikan mengungkapkan bahwa H menganiaya J sebanyak tiga kali hingga korban akhirnya tewas. H lalu menimbun jasad J di belakang bekas rumahnya di Jalan Kandea, Kecamatan Bontoala, Makassar.
“Penganiayaan ini terjadi tiga kali. Pada hari ketiganya di situ diperoleh korban sudah meninggal dunia lalu (mayatnya) dibawa ke belakang rumahnya. Kemudian di belakang rumahnya itu ada kurang lebih satu meter tanah kosong dan di situ ditimbun dengan pasir dan tanah,” jelasnya.
Setelah peristiwa itu, kata Ngajib, tersangka meninggalkan rumah tersebut dan menetap di rumah orang tuanya.
“Setelah itu, mereka meninggalkan rumah tersebut, kemudian tinggal di rumah orang tuanya. Setelah enam bulan rumah itu dikontrakkan selama kurang lebih lima tahun,” jelasnya.
Ngajib menerangkan bahwa motif H membunuh istrinya hingga menimbun mayat korban di belakang rumahnya menggunakan semen, akibat terbakar api cemburu.
“Motif dari pembunuhan ini adalah karena tersangka cemburu. Pada saat kejadian itu korban diduga berkomunikasi, berhubungan dan bersama-sama dengan pacar lamanya,” jelasnya.
Atas dasar kecemburuan tersebut, kata Ngajib mempertanyakan hubungan antara korban dengan mantan pacarnya.
“Dari situ terjadilah emosional, sehingga terjadilah penganiayaan. Penganiayaan ini terjadi tiga kali. Pada hari ketiganya disitu diperoleh korban sudah meninggal dunia,” pungkasnya.
Sementara itu, warga Jalan Kandea, Kecamatan Bontoala, Makassar, Sulawesi Selatan, tidak pernah curiga dengan H setelah menghabisi istrinya.
“Sama sekali warga tidak mengetahui adanya kejadian yang sebenarnya,” kata Ketua RW 04, Andi Tenri Rauf, Selasa (16/4).
Menurut Andi Tenri, saat itu warga tidak pernah merasa ada kejanggalan dengan kondisi rumah tersebut dan para penghuninya. Sebab, tidak pernah mendengar ada suara gaduh maupun mencium bau busuk.
“Karena warga juga tidak merasa ada kejanggalan, maksudnya waktu dikubur ada suara pembongkar, tapi warga sama sekali tidak mendengar suara apa pun dan tidak merasakan bau tidak sedap,” ungkapnya.
“Biasakan kalau ada sesuatu warga pasti ribut, tapi ini tidak. Jadi warga sebenarnya tidak tahu kejadian itu,” sambungnya.
(mir/rds)